Sunday, August 24, 2008

Gunung atau bukit ?

. Sunday, August 24, 2008

Ayah ku adalah seorang guru – rektor SD kata ayahku – Kepala sekolah yang cukup di segani di kampungku. Selain sebagai guru, ayahku juga seorang petani. Setiap sore, setelah melepas lelah sejenak dari pekerjaan sebagai seorang guru, ayah dan ibu ku pastilah ada di ladang atau di sawah.

Bukan mengecilkan gaji sebagai seorang guru, tetapi untuk membiayai keluarga, ayah ku juga melakukan pekerjaan sambilan dengan menggarap sawah dan ladang baik milik sendiri mau pun milik orang lain. Aku salut kepada ayah ku, membagi waktu antara pekerjaan sekolah, bertani, dan bermasyarakat di desa yang cukup banyak menyita waktu untuk kegiatan sosial.

Di desa itu lah aku habiskan masa kecilku, yang hampir setiap sore membantu ayah dan ibu ku bertani. Dari desa ku, sebuah gunung terlihat menjulang tinggi – Gunung Batukaru - diapit oleh bukit-bukit yang memanjang disekitarnya.

Suatu kali ayah ku bertanya kepada ku,”Kamu tahu tidak, apa nama gunung-gunung kecil (bukit) yang ada di sana ?,” demikian sambil menunjuk ke arah bukit-bukit tersebut.

“Aku tidak tahu, tapi aku tahu gunung yang yang paling tinggi itu adalah Gunung Batukaru, “ jawab ku sambil menunjuk gunung Batukaru.

“Nah, gunung-gunung itu adalah cermin suatu kesuksesan. Banyak orang yang tidak tahu bukit-bukit itu, tapi dapat dipastikan hampir setiap orang mengenal gunung yang paling tinggi itu.”

“Maksudnya ?,” tanya ku dengan penasaran.

“Lebih baik menjadi gunung daripada menjadi bukit. Untuk mencapai sukses dan dikenal orang, jadilah sebuah gunung – gunung yang paling tinggi - meskipun hanya satu gunung. Bukit-bukit itu sangat banyak, tapi jarang orang yang mengenalnya”.

“Artinya, untuk bisa unggul, kuasailah satu bidang ilmu – asalkan benar-benar dikuasai – maka hal itu akan membawa kamu pada kesuksesan. Dibandingkan dengan banyak ilmu – tapi menguasai nya setengah-setengah, tidak ada yang menonjol pada diri mu”.

Memang benar, mengapa Susi Susanti menjadi juara bulu tangkis, karena dia memang fokus berlatih pada kegiatan bulu tangkis. Contoh lain lagi, Hermawan Kertajaya fokus mengembangkan keahliannya di bidang marketing sehingga menjadi pakar di bidangnya. Teman saya fokus mengembangkan keilmuannya pada bidang leadership, saat ini mulai terkenal sebagai pembicara pada bidang leadership.

Banyak orang yang ingin menguasai segalanya, jadinya hanya sekedar bisa dan tidak menguasai secara mendalam bidangnya, sulit untuk menjadi juara. Teman saya di bidang olah raga, hampir semua jenis olah raga dia kuasai, dan tidak akan pernah menjadi juara sejati – karena tidak fokus. Tapi olah raga ini, bagi nya hanya sebagai selingan dan pergaulan bukan untuk meraih prestasi.

Kisah teman saya yang satu ini lain lagi. Setelah tamat SMK bidang otomotif, dia rajin berlatih di suatu bengkel. Pertama-tama hanya jadi pegawai (staff) bengkel, dan merupakan salah satu ‘montir’ mobil. Merasa keahliannya sudah meningkat, timbul keinginannya memiliki bengkel sendiri. Bergabung dengan teman-temannya, akhirnya dia memiliki bengkel yang cukup besar. Karena keahlian dan keramahtamahannya, pelanggan-pelanggan yang biasanya datang ke tempat dia bekerja dulu dengan setia tetap menggunakan jasanya di bengkelnya yang baru. Mempunyai satu bidang yang benar-benar dia kuasai yaitu bidang otomotif.

Jadi kembangkanlah keahlian Anda pada bidang tertentu – fokus pada bidang tertentu, karena itu akan membawa Anda pada prestasi tertinggi, sedangkan yang lainnya sifatnya hanya melengkapi.

Jadilah sebuah gunung, gunung yang tinggi, dan bukit-bukit disekitarnya akan menambah keindahan gunung itu sendiri dan alam sekitarnya.

Bagimana pendapat Anda ?

SALAM SUKSES !

0 comments:

Post a Comment