Sunday, August 24, 2008

Gantungkan cita-citamu setinggi langit

. Sunday, August 24, 2008

Mungkin itu nasihat atau pepatah yang diberikan orang tua saya waktu kecil. Setinggi Langit ? Bagaimana mungkin mencapainya, langit khan tidak terbatas. Mungkin berlebihan kiranya kalau cita-citanya setinggi langit.

Cobalah tanya kepada anak kecil, apa cita-citanya. Tanpa beban dan dengan bebasnya mereka akan menyatakan cita-citanya. Jadi Pilot. Jadi Dokter. Jadi Polisi ! Ya begitulah anak-anak. Dan sekarang cobalah kita tanya kepada orang dewasa. Banyak yang kebingungan !

Saya pernah mengajukan pertanyaan ini kepada mahasiswa saya. Dan memang benar, kebanyakan mereka masih bingung, mau ke mana setelah lulus nanti.

Cita-cita adalah suatu tujuan yang ingin kita capai. Cita-cita-cita akan menentukan arah kita untuk berjalan. Bayangkan, jika kapal berlayar dan tidak ada tujuan, nakhoda pun akan bingung. Kapal akan berlayar tanpa arah mengikuti arus laut atau arah angin.

Ada yang bilang, biarlah kehidupan ini mengalir seperti air, saya akan mengikuti ke mana air mengalir. Nah, orang yang berpikiran seperti sepenuhnya menggantungkan diri pada nasib. Meskipun dia bekerja dengan baik, tapi belum sempurna karena tiada arah yang ingin dicapainya.

Mengapa tujuan itu penting ?
Cita-cita akan mengarahkan energi kita untuk mengarah ke sana. Namun cita-cita juga harus menantang. Tujuan yang terlalu mudah tidak akan membuat kita semangat. Sebaliknya tujuan yang terlalu tinggi juga tidak baik karena akan membuat kita frustasi.

Pada suatu forum, seorang HRD dari suatu bank ternama pernah menceritakan kisah pribadinya. Profesinya sebenarnya adalah dokter, tamatan suatu universitas ternama di Yogyakarta. Tapi cita-citanya bukanlah dokter. Dia kuliah di fakultas kedokteran karena dorongan orang tuanya. Karena rasa sayangnya kepada orang tuanya, maka dia bersedia kuliah di fakultas kedokteran. Setamat kuliah, cita-citanya masih tetap seperti dulu, yaitu bekerja di bank - menjadi seorang bankir.

Untuk mencapai cita-citanya, setamat kuliah, dia kemudian mengirimkan lamaran kerja ke bank. Beberapa kali surat lamarannya ditolak, alias tidak ditanggapi. Seorang dokter mau bekerja di bank, mana mungkin ? Begitu mungkin pikiran mereka. Tapi tekadnya tetap bulat.

Puluhan lamaran dikirimkannya dan puluhan kali dia menalami penolakan. Saking seringnya mengirimkan surat lamaran, petugas kantor pos sampai hafal kepadanya. Pernah suatu ketika ditawari pekerjaan di kantor pos. “Pak, daripada susah-susah mencari kerja, Bapak mau tidak bekerja di kantor kami, kebetulan pengantar pos kami sebentar lagi mau pensiun”. Begitulah kira-kira tawaran yang dia terima dari kantor pos.

Tentu saja tawaran tersebut terasa menghina, bagaimana mungkin seorang dokter mau jadi pengantar pos ! Teman-teman sekelilingnya juga menasihati agar mengurungkan niatnya bekerja di bank. Tapi tekadnya sudah bulat – tetap berniat untuk bekerja di bank.

Akhirnya Tuhan rupanya mendengar doanya. Pada lamaran yang ke sekian puluh, dia diterima di suatu bank nasional yang cukup besar. Cukupkah sampai di sini ? Ternyata tantangan yang dihadapi setelah diterima adalah pada waktu orientasi pendidikan. Bagaimana dia belajar keuangan dan perbankan, padahal selama ini dia hanya belajar ilmu kedokteran.

Tapi tekad sudah sedemikian bulat, dengan semangat yang menyala-nyala berusaha untuk memahami dunia perbankan yang sangat baru baginya. Jika teman-temanya (yang sebagian besar mempunyai back ground ekonomi), bekerja lebih mudah dan dengan demikian lebih sedikit mengalokasikan waktu belajarnya, dia menjadi sebaliknya. Pikirannnya adalah harus bisa sehingga harus belajar lebih banyak. Kadang belajar harus sampai jam 2 pagi.

Akhirnya, setelah selesai orientasi, prestasinya sangat mencengangkan karena memperoleh prestasi yang sangat luar biasa melebihi teman-temannya yang nota bene mempunyai latar belakang ekonomi. Saat ini dia bekerja di suatu bank dan menduduki posisi yang sangat strategis.

Itulah cita-cita ! Jika kita mempunyai cita-cita yang menantang maka maka motivasi kita pun akan semakin besar, dan segenap energi akan mengarah kepadanya.

Pesan orang tua, gantungkan cita-citamu setinggi langit, agar kita mempunyai semangat belajar yang kuat.

Nah sekarang cobalah tanya kepada diri Anda sendiri, APA CITA-CITA ANDA ?

SALAM SUKSES !

0 comments:

Post a Comment