Wednesday, August 12, 2009

Manusia Pembelajar

. Wednesday, August 12, 2009

Baru-baru ini saya mengikuti sebuah workshop di suatu perguruan tinggi. Menjelang berakhirnya acara, salah seorang peserta yang sudah sabar menunggu ditutupnya acara berbisik kepada saya,”Yang penting kan sertifikatnya, ini untuk mencari poin buat kenaikan pangkat saya.” Saya juga pernah mengadakan pelatihan PR bagi beberapa perusahaan. Kebanyakan peserta lebih berorientasi kepada sertifikat yang diperoleh.

Meskipun sertifikat itu penting, namun menurut saya, ilmu yang diperoleh pada waktu mengikuti workshop jauh lebih penting daripada sekedar sertifikat. Di perusahaan saya dahulu, dan mungkin perusahaan-perusahaan lainnya, sertifikat tidak begitu dihargai untuk kenaikan pangkat atau semacamnya. Yang dinilai adalah bagaimana perilaku atau pengamalan teori yang sudah dipelajari selama workshop atau seminar dapat bermanfaat bagi perusahaan dan tentunya bagi peserta sendiri.


Beberapa mahasiswa juga masih banyak yang hanya mementingkan sertifikat (ijazah) daripada belajarnya. Yang penting kan ijazah dan nilai atau IPK nya tinggi, masalah ilmu nomor dua,” mungkin ada yang berpendapat demikian.


Apa sih artinya sebuah sertifikat ? Bagi saya, sertifikat tidak lebih dari sekedar ‘surat keterangan’ yang menyatakan bahwa seseorang sudah mengalami suatu proses belajar. Jika Anda seorang lulusan D-3 setelah lulus Anda akan memperoleh Ijazah yang menunjukkan bahwa Anda sudah mengikuti pendidikan D-3. Belum tentu orang yang memegang suatu sertifikat memiliki keahlian atau kompetensi jika dia tidak terus menerus belajar. Orang yang berpendidan setingkat S-2 atau S-3 belum tentu memiliki keahlian lebih dibandingkan tamatan D-3 jika yang bersangkutan tidak pernah lagi (berhenti) belajar.


Saya pernah memperoleh skor TOEFL sampai 450, namun karena tidak pernah dilatih, jika saat ini saya di test lagi, belum tentu saya memperoleh skor dengan nilai sama dengan skor di atas.


Pada waktu saya mengadakan training Public Relations, saya memperoleh informasi dari peserta bahwa di Indosat, karyawan diharuskan mengikuti suatu pelatihan untuk memperoleh skill yang diharapkan dapat menunjang kinerjanya. Namun demikian, sertifikat juga diwajibkan untuk mengumpulkan poin yang akan diperhitungkan untuk perolehan jabatan atau kenaikan gaji.


Ini untuk menilai dan menunjukkan bahwa seseorang sudah mengikuti proses pembelajaran untuk peningkatan skill seseorang. Jadi tuntutan untuk mengejar ilmu dan skill melalui suatu pelatihan adalah suatu keharusan bagi perusahaan seperti Indosat. Bahkan setiap karyawan diwajibkan mengunjungi modul-modul yang sudah disediakan secara berkala melalui program e-learning yang disediakan perusahaan.


Oleh karena itu, kejarlah ilmu nya, sertifikat hanya menerangkan bahwa Anda sudah melalui suatu proses. Jauh lebih penting dari sertifikat adalah kemampuan Anda mempraktekkan ilmu yang diperoleh, dan mengamalkannya kepada orang lain. Inilah yang disebut sebagai manusia tipe pembelajar.



Saya sangat senang untuk belajar meskipun itu dari mahasiswa saya. Saya pun juga tidak malu untuk mengikuti pelatihan bersama-sama dengan mahasiswa dan sharing dengan mahasiswa. Bagi saya, kita harus senantiasa belajar dan kemudian mengamalkan apa yang diperoleh. Ada proses yang harus dilakukan untuk menjadi manusia pembelajar yaitu menangkap ilmunya, menerapkannya dan selanjutnya berbagi (sharing).


Jika Anda hanya senang belajar namun tidak pernah menerapkan ilmunya, Anda masih termasuk ke dalam tipe pelajar. Orang seperti ini senang belajar, tapi miskin dalam hal prakteknya.


Nah, Anda termasuk kelompok yang mana ? Yang pertama (hanya mementingkan sertifikat), pembelajar atau seorang pelajar ?


3 comments:

jccomputer said...

Sy suka dengan blog anda,bisakah kita bertukar pikiran tentang manusia pembelajar.terimakasih

jccomputer said...
This comment has been removed by the author.
jccomputer said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment