Adakah sesuatu yang berubah dengan sikap di era serba teknologi ini ? Paling tidak inilah yang saya amati tentang sikap karyawan pada umumnya.
Sikap yang ditampilkan oleh beberapa eksekutif yang telat datang pada rapat-rapat yang diadakan oleh perusahaan, yang mungkin saja keterlambatan tersebut memang sesuatu yang tidak terhindarkan. Namun bila ini menjadi suatu kebiasaan, ini bukanlah suatu kewajaran lagi tetapi sudah menjadi sikap sebagian besar eksekutif perusahaan tersebut.
Dalam suatu pembicaraan dengan staf dan rekan kerja, seorang eksekutif berkali-kali mengalihkan perhatian pada BlackBerries (BB) nya. Kelihatannya BB nya lebih penting daripada orang-orang yang dia hadapi. Bahkan seorang eksekutif lebih banyak memperhatikan BB nya pada waktu berbincang-bincang dengan rekan kerjanya.
Kelihatannya penting banget, gitu ! Jika ini terjadi sekali-sekali mungkin pada saat itu dia mempunyai urusan penting yang memang tidak terhindarkan, namun bila ini sering dilakukan, nampaknya ada perubahan sikap pada eksekutif ini.
Saya juga pernah melihat eksekutif mengambil telepon seluler, menelpon selama pertemuan berlangsung, dan meninggalkan pertemuan hanya untuk menjawab telepon. Sebagian juga para eksekutif terus-menerus melihat, bekerja dan fokus pada komputer mereka ketika berbicara dengan bawahan.
Saya juga pernah melihat, dalam suatu rapat kerja, para eksekutif lebih asyik dan sibuk dengan lap topnya padahal seorang pembicara sedang melakukan presentasi dan mendiskusikan sesuatu hal yang penting bagi perusahaan. Bahkan sebagian membuka FaceBook (FB) nya sambil tersenyum-senyum, mungkin ada sesuatu yang lucu di FB nya.
Sikap sepertinya sudah menjadi sesuatu yang kurang menjadi perhatian di dunia teknologi yang serba maju ini. Seluruh perilaku tersebut nampaknya sesuatu yang kontra produktif dengan usaha-usaha untuk membuat sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi perusahaan.
Dunia teknologi memang memudahkan orang untuk berkomunikasi secara real time, di mana pun dia berada, dalam suatu situasi apa pun, dan kapan pun. Namun bukan berarti dia bebas melakukan segala-galanya dengan gadget nya. Ada etika yang harus dipatuhi, ada ketentuan dan peraturan yang harus diikuti agar dapat memberikan kenyamanan bagi semua pihak, agar kegiatan-kegiatan dilakukan dengan efektif.
Saya juga pernah mengamati, pada waktu memberikan pelatihan bagi sekretaris perusahaan, dengan disiplin dan tanpa disuruh mereka mematikan handphone miliknya. Ketika saya tanya, mereka menjelaskan bahwa hal ini sudah menjadi bagian dari kebijakan perusahaan, di saat pelatihan, di saat bekerja, gadget yang dimiliki harus diperuntukkan hanya untuk kegiatan kantor. FaceBook bahkan dilarang digunakan selama jam kerja kecuali pada waktu istirahat.
Ini adalah suatu sikap disiplin yang dimiliki oleh karyawan perusahaan tersebut. Di suatu perguruan tinggi, FB dilarang digunakan oleh karyawan, mungkin karena sudah dianggap menggangu produktivitas karyawan yang banyak digunakan hanya untuk saling menyapa dan bersenda gurau serta tidak berhubungan dengan pekerjaan. Pada awalnya hal ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan karyawan, namun setelah disadari manfaatnya, justru hal ini dapat diterima dan disanjung oleh karyawan.
Tidak heran, pada suatu rapat yang dihadiri oleh para eksekutif seorang direktur melarang para peserta rapat yang terdiri dari para eksekutif menggunakan lap topnya selama acara berlangsung khususnya pada waktu ada yang berbicara di depan dan selama berdiskusi. Bukan itu saja, direktur ini melarang para eksekutif untuk menerima dan menelpon, apalagi menggunakan BB nya hanya untuk chating (padahal mungkin saja chating tersebut bisa digunakan untuk pekerjaan). Dengan demikian hasilnya sungguh luar biasa - semua peserta mau tidak mau menaruh perhatian penuh kepada rapat tersebut.
Kadang suatu sikap harus dipaksakan untuk dapat berjalannya suatu kegiatan dengan efektif. Jika hanya sekedar menghimbau - yang karena sifatnya tidak wajib , masih banyak yang belum sadar untuk menjunjung tinggi etika yang berlaku, namun jika sudah diwajibkan, mau tidak mau suatu sikap akan terbentuk sesuai dengan yang diinginkan. Pada awalnya memang terasa berat, pada awalnya memang menyiksa, namun lewat paksaan seperti itu, lama-lama akan menjadi suatu kebiasaan. Kesadaran biasanya muncul belakangan setelah manfaat-manfaatnya mulai dirasakan.
Bagaimana menurut Anda ?
About Me
- I Made Wirya Saputra, SE, MM
- Seorang dosen, trainer dan praktisi serta pengamat di bidang marketing, manajemen, dan bisnis.
Labels
- Berita Pendidikan (2)
- Customer Service (12)
- Kepuasan Pelanggan (7)
- Logistik (4)
- Manajemen (10)
- Marketing (41)
- Motivasi (56)
- Pelayanan Memuaskan (27)
- Quotes (1)
- Self Improvement (11)
- Selling (11)
- Time Management (2)
Sunday, August 8, 2010
Adakah sikap yang berubah ?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
mainkan game kesayangan kamu di donacopoker dan dapatkan bonus 2x setiap harinya dan ada yang menarik dari donacopoker di tahun baru nanti donacopoker akan memberikan bonus deposit sebesar 50.000 tunggu apalagi jangan samapai kehabisan
Agen poker online
Agen poker online
Judi Kartu Online
bandar qq donacopoker
jadi tunggu apalagi hubungi kontak di bawah ini agar kamu tidak penasaran lagi
BBM : DC31E2B0
LINE : Donaco.poker
WHATSAPP : +6281333555662
Post a Comment