Mungkin anak saya heran melihat Bapaknya suka ngantor agak siang, atau selama di rumah masih suka 'mainin lap top', bahkan kadang sampai larut malam di rumah juga masih bekerja.
“Bapak sekarang koq suka berangkat siang sih ?”
“Bapak ngapain sih ?”
“Bapak lagi kerja dik!”
“Bapak malam-malam koq kerja sih, di kantor kerja, di rumah juga kerja…..”
Demikian pertanyaan yang diajukan oleh anak saya yang paling bungsu suatu hari ketika melihat Bapak nya berangkat kerja agak siang, atau ketika di malam hari masih menghadapi lap top di rumah.
Bagi kebanyakan orang, kerja adalah di kantor. Datang pagi atau bila perlu pulang malam. Itu adalah karyawan teladan (menurut versi orang kebanyakan), padahal di kantor banyak waktu yang digunakan untuk mengobrol sehingga malah tidak produktif. Banyak yang tidak memanfaatkan kantor dengan maksimal. Mereka senang bekerja sampai malam karena memperoleh lembur. Bahkan sengaja memperlambat pekerjaan, sengaja pulang malam supaya memperoleh lembur.
Kantor memang masih tetap diperlukan untuk mendiskusi dan mengkoordinasikan tugas atau hal-hal khusus yang memerlukan tatap muka. Bahkan tatap muka sangat diperlukan karena komunikasi lebih intensif, sosialisasi menjadi lebih mudah, dan menjadi lebih akrab.
Namun beda dengan karyawan telatan (e..eh, maksudnya telat ke kantor), bisa jadi lebih produktif karena pagi-pagi menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Waktu bagi mereka sangat bernilai sehingga benar-benar memanfaatkannya untuk bekerja. Bisa pulang cepat karena memang pekerjaannya sudah selesai karena mereka menggunakan waktu kerja di kantor dengan efektif.
Dengan kemajuan teknologi yaitu jaringan internet dan fasilitas lap top yang disediakan oleh perusahaan, rasanya kerja tidak harus melulu di kantor. Bahkan saya melihat orang-orang sibuk mendiskusikan sesuatu di kantin atau tempat-tempat tertentu lainnya (ahh.. ini sibuk diskusi masalah kerja atau facebook-an ?).
Inilah paradigma baru dalam bekerja. Memang untuk bidang-bidang tertentu, bekerja tidak melulu harus di kantor. Kerja di rumah mungkin lebih efektif daripada di kantor, misalnya untuk dosen, atau konsultan di mana dibutuhkan ketenangan dan konsentrasi dalam bekerja. Mungkin dosen membutuhkan literature yang cukup banyak untuk referensi karya tulisnya atau untuk menyusun materi kuliahnya. Para manajer mungkin lebih efektif menggunakan waktunya di rumah dalam membuat konsep-konsep pekerjaan tertentu.
Kerja bagi sebagian orang adalah “hasil bekerja”, bukan datang pagi dan pulang sore atau pulang malam. Ada yang kelihatan sibuk dari pagi sampai sore, padahal tidak jelas apa yang dikerjakan.
namun demikian aparadigma ini harus disikapi hati-hati, karena tidak semua orang jujur, dikatakan kerja di rumah tapi malah entah ke mana ???.
Siapkan kita dengan budaya seperti itu ? Nampaknya belum !!!
• Masalahnya adalah kepercayaan. Kita sering tidak percaya kepada orang lain, apakah mereka benar-benar bekerja di rumah atau malah keluyuran entah ke mana.
• Staf/ karyawan dengan mudah bisa mencari-cari alasan untuk bekerja di rumah karena lebih bebas mengatur waktunya.
• Tanggung jawab pribadi orang tidak sama. Masih banyak karyawan yang pura-pura bekerja di rumah padahal beum tentu bekerja dalam arti sebenarnya di rumah.
• Koordinasi dengan staf/ karyawan sulit jika suatu hal harus didiskusikan pada waktu tertentu. Jika ada yang didiskusikan dan memerlukan kehadiran yang bersangkutan, kadang sulit untuk menghubunginya.
• Diskusi secara on-line belum menjadi budaya kerja, bahkan masih sulit, apalagi harus menulis ! (mengetik maksudnya).
Solusi -nya ?
Sepertyi teori Y yang dikemukakan oleh Mc Gregor, pada dasarnya setiap orang mempunyai tanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan pekerjaanya. Oleh karena itu :
• Beri kepercayaan bahwa yang bersangkutan akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
• Beban pekerjaan yang diberikan kepada karyawan harus jelas. Berilah target, kapan suatu pekejaan harus selesai.
• Rencanakan waktu meeting sehingga untuk hal-hal yang perlu dikoordinasikan, karyawan siap hadir. Perencanaan kerja baik sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti ini.
• Siap dihubungi kapan saja, artinya fasilitas jaringan virtual harus on-line. Bahkan jika diskusi secara on-line tetap dimungkinkan.
Bagaimana menurut Anda ?
About Me
- I Made Wirya Saputra, SE, MM
- Seorang dosen, trainer dan praktisi serta pengamat di bidang marketing, manajemen, dan bisnis.
Labels
- Berita Pendidikan (2)
- Customer Service (12)
- Kepuasan Pelanggan (7)
- Logistik (4)
- Manajemen (10)
- Marketing (41)
- Motivasi (56)
- Pelayanan Memuaskan (27)
- Quotes (1)
- Self Improvement (11)
- Selling (11)
- Time Management (2)
Friday, March 26, 2010
Kerja di rumah ?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment