Saturday, October 11, 2008

Berani Bermimpi

. Saturday, October 11, 2008

Sepuluh tahun yang lalu, saya mempunyai staff, sebut saja namanya Budi. Dalam bidang pekerjaan, dia termasuk orang yang bertanggung jawab. Pokoknya semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya mampu dia selesaikan dengan baik.

Namun di satu sisi dia kelihatan menghadapi banyak masalah. Begitu pekerjaan selesai, dia suka ke luar kantor beberapa jam meninggalkan ruang kerjanya. Oleh teman-temannya dia sering menjadi bahan pembicaraan. Maklum dia mempunyai banyak hutang, atau dia juga kelihatan tidak bahagia di rumah, demikian antara lain komentar teman-temannya.

Saya mencoba mendekati, mengapa dia berperilaku seperti itu. Dalam beberapa hal dia mengelak tuduhan-tuduhan seperti itu, namun yang jelas dia tidak puas dengan kondisi yang dialaminya. Dia pun secara jujur dan terbuka kepada saya kalau dia sering meninggalkan jam kerja karena dia mengikuti kuliah di suatu perguruan tinggi. Saya memahami maksud baiknya, namun saya sarankan agar mengajukan permohonan ijin kepada atasan yang lebih tinggi agar bisa menimba ilmu di perguruan tinggi.

Mengetahui dia kuliah, teman-temannya malah banyak memberikan komentar negatif. Mau jadi apa nanti, buang-buang duit saja, toh perusahaan tidak melihat title sarjana di belakang nama kita, apalagi kita hanya sebagai staff. Mau cari kerja di luar? Masih banyak sarjana yang menganggur di luar sana. Demikian komentar negatif yang dilontarkan teman-temannya. Namun dia seolah tidak mendengarkan apa yang dikatakan teman-temannya.

Beberapa tahun kemudian, saya mendengar dia ke luar dari perusahaan tersebut, pindah ke suatu lembaga pendidikan menjadi dosen.

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengannya di suatu tempat. Sekarang penampilannya sudah jauh berbeda dengan kondisi yang dulu, penampilannya kelihatan gagah, percaya diri yang tinggi, dan yang jelas dia sudah tidak berjalan kaki lagi ke kantor tetapi sudah mengendarai kendaraan roda empat yang cukup mewah. Kenyataan yang jauh berbeda dengan teman-temannya dulu semasa bekerja di tempatnya dulu. Bahkan dia sudah berhasil menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana (S-2) di ITB.

Saya mengucapkan selamat dan salut kepadanya seraya bertanya, apa rahasianya sehingga menjadi seperti ini. Dia mengatakan,”Saya berani bermimpi, bahkan saya sekarang bermimpi untuk melanjutkan studi S-3”.

Itulah mimpi, tidak semua orang memilikinya. Kebanyakan orang merasa nyaman dengan kondisi yang ada, tidak mau berubah, tidak mau mengubah kondisi yang ada dan puas dengan kondisi yang dialaminya.

Tepat seperti apa yang dilakukan oleh Thomas Alpa Edison, meskipun dia memiliki masalah dengan pendengarannya dan dikeluarkan oleh ibunya dari seklah, tetapi dia masih punya mimpi yaitu bermimpi untuk membuat malam hari menjadi terang seperti siang hari.Meskipun pernah menghadapi kegagalan 1.000 kali dan dicemooh banyak orang, tapi dia tetap yakin dengan mimpi-mimpinya. Jika Edison tidak mempunyai mimpi seperti itu, mungkin di malam hari kita tidak menemukan bola lampu yang dapat menerangi gelapnya malam.

Anda berani bermimpi ?

2 comments:

Kanaidi, SE., M.Si said...

Memang Impian itu perlu dalam hidup. Namun yang lebih penting lagi adalah Berani Menjalani dan melakukan Action ke arah/menuju Impian yang telah kita buat.

Kanaidi, SE., M.Si said...

Baca (lingk) juga dengan Kunci Sukses pada blog sy www.ken-sukses.blogspot.com

Post a Comment