Friday, April 30, 2010

Jurus Sukses Naruto

. Friday, April 30, 2010
2 comments


Film ini tidak pernah lewat dari tontonan anak saya yang setiap hari diputar oleh salah satu stasiun televise swasta. Tidak hanya film-nya, bahkan komik Naruto ini juga jadi kegemarannya dan menghias lemari bukunya. Awalnya saya berpikir film ini isinya hanya bertarung saja, tidak ada sesuatu yang bermanfaat apalagi ditonton anak-anak.

Karena anak suka menonton, mau tidak mau akhirnya saya pun ikut juga menemani anak menonton. Pakar pendidikan bilang, anak-anak harus didampingi kalau menonton, sebab ada hal-hal tertentu yang mungkin memerlukan penjelasan untuk film ini.

Setelah direnungkan, ternyata banyak juga pelajaran yang bisa dipetik dari filn Naruto ini. Jurus andalannya dan yang paling ditakuti oleh musuh-musuhnya dalah “Jurus 1000 Bayangan”. Jurus ini merupakan jurus yang paling sulit dipelajari oleh Naruto. Namun dengan semangat pantang menyerah agar berhasil, dia berlatih keras dan lebih banyak dari teman-temannya. Akhirnya berhasil juga lah Naruto menguasai jurus ini.

Apa yang bisa dipetik dari film Naruto ini ?

Pertama : berusaha keras dan pantang menyerah. Ini adalah hal yang mutlak dilakukan oleh siapa pun yang ingin sukses seperti Naruto yang mampu menguasai “Jurus 1000 Bayangan”. Seperti kata pepatah, “gagal adalah sukses yang tertunda “. Naruto serimg sekali kali mengalami kesulitan dalam mempelajari “Jurus 1000 Bayangan” ini. Namun berkat perjuangan, tekad, dan semangat pantang menyerah, akhirnya Naruto berhasil menguasai “Jurus 1000 Bayangan “ini.

Kedua : Fokus. Naruto focus untuk mempelajari hanya “Jurus 1000 bayangan” ini sampai bisa. Dia tidak terpengaruh pada jurus-jurus lainnya. Dalam bekerja, kita pun juga harus focus untuk menyelesaikan satu pekerjaan sampai selesai. Ada banyak pekerjaan, tapi kita harus bisa memilih mana yang menjadi prioritas untuk diselesaikan. Menangkap dua kelinci yang berlarian sekaligus mungkin sulit, tapi jika kita focus menangkap satu kelinci dulu pasti lebih gampang. Setelah satu kelinci tertangkap, maka berikutnya adalah kelinci kedua.

Ketiga : praktek. Teori tanpa praktek itu percuma. Praktek tanpa teori namanya ngawur. Ini juga yang diterapkan oleh Naruto : menendang, memukul meloncat dan sebagainya. Teori-teori Jurus 1000 dipelajari dan dipraktekkan. Jadi intinya : praktek, praktek dan praktek.

Keempat : Belajar mandiri. Meskipun guru itu penting, tapi belajar mandiri sangat diperlukan agar penguasaan teori dan praktek lebih matang. Guru diperlukan sebagai motivator, sebagai pembimbing jika ada kesulitan. Namun yang lebih penting lagi adalah motivasi dari diri sendiri. Belajar tidak perlu menunggu tugas dari dosen, tetapi mempunyai inisiatif untuk belajar mandiri.


Kelima : pentingnya teman. Teman juga dapat memotivasi, namun kita juga harus hati-hati karena tidak semua teman bisa mendorong semangat kita. Kadang ada teman yang tidak senang saat kita sukses. Pilihlah teman yang mempunyai visi sama, bisa memotivasi atau bisa berlatih bersama. Naruto mempunyai teman yang bisa saling mengerti dalam suka dan duka, memberi dorongan sehingga Naruto bisa menguasai “Jurus 1000 Bayangan”

Itulah jurus sukses nya Naruto. Bagaimana dengan Anda ?

Read More »»

Sunday, April 11, 2010

Semangat baru Coca Cola

. Sunday, April 11, 2010
1 comments


Pernah dengerin lagunya ELO “Masih Ada” ? Lagu ini familiar didengar pada waktu iklan XL dengan lirik iklan yang disesuaikan dengan produk seluler XL. Jauh sebelum lagu ini diluncurkan, XL terlebih dahulu mempopulerkan irama lagu ini. Bahkan lagunya XL dengan menggunakan irama lagu ini lebih popular ketimbang lagu aslinya.
Itulah kepiawaian para produser iklan sehingga orang akan selalu ingat dengan XL begitu mendengar lagu nya ELO.

Hal yang sama dilakukan oleh Coca Cola dengan lagu “Semangat Baru”, masih dari ELO dan kawan-kawan. Lagu semangat baru digunakan bersamaan dengan Tahun Baru 2010 sehingga tepat sekali tema yang diangkat yaitu memasuki tahun baru dengan semangat baru.

Lagu “Coca-Cola” ini lebih heboh lagi karena syairnya tidak ada yang diubah, jadi persis seperti lagu aslinya. Berbeda dengan lagu “Masih Ada” yang syairnya disesuaikan dengan promonya XL.

Pada waktu memberikan training, saya memutar lagu ini sebagai pembukaan training “Semangat Baru”. Apa komentar para peserta ? Mau tahu ? Mereka banyak yang komentar,”Itu lagunya Coca Cola khan?” Ada juga yang bertanya,”Itu hak cipta Coca Cola bukan?”.

Kedua iklan tersebut di atas diluncurkan sebelum lagu ‘aslinya’ diluncurkan ke pasar. Jadi begitu mendengar lagu tersebut, otomatis pikiran kita juga digiring ke produk Coca Cola (pada kasus kedua di atas), atau pada produk XL (pada kasus pertama).

Begitu kreatif nya mereka dalam membuat iklan sehingga asosiasi terhadap produk mereka menjadi kuat. Seola-olah lagu tersebut miliknya Coca Cola.

Biasanya iklan-iklan yang ada ‘memodifikasi’ lagu-lagu popular yang sudah dikenal oleh masyarakat. Tapi dalam kedua kasus tersebut di atas, paradigm tersebut dibalik oleh kedua perusahaan tersebut. Iklan diluncurkan dengan menggunakan lagu tersebut, kemudian lagu nya baru menyusul diluncurkan. Jadilah suatu asosiasi yang kuat, “Ini adalah lagunya Coca Cola”.

Pemasar memang dituntut kreatif, termasuk mengemas-iklan-iklan mereka sehingga bisa kuat menancap di benak konsumen.

Bagaimana pendapat Anda ?

Read More »»

Mengenal pelanggan

.
1 comments

Sudah lama saya membeli koran dari penjual koran yang suka berjualan di pinggir jalan Terusan Jakarta ini. Jalan ini setiap pagi sangat padat lalu lintas sehingga kendaraan harus jalan pelan-pelan. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh penjual koran ini.

Mereka menawarkan koran dari satu mobil ke mobil lain. Jika penjual koran biasanya menawarkan koran di lampu lalu lintas, mereka ini ini mengambil posisi yang cukup jauh dari lampu lalu lintas. Maklum persaingan antar penjual koran cukup ketat di perempatan ini.

Namun ada yang unik yang saya amati dari pola penjualan mereka. Awalnya saya tidak percaya, di mana mereka begitu mengenal pelanggan. Kadang pembayaran dilakukan pada saat mereka memberi koran, atau kadang keesokan harinya.

Mereka hafal betul, koran apa yang diinginkan oleh setiap pembeli yang lewat. Dari jauh mereka sudah hafal dengan kendaraan pelanggannya, sehingga setelah dekat mereka langsung menawarkan koran sesuai dengan kebiasaan yang dibeli oleh setiap pelanggan.
Tak terkecuali dengan mobil saya, mereka hafal betul, koran apa yang saya inginkan. Meskipun tidak setiap hari saya bertemu dengan mereka tetapi mereka juga ingat berapa kali saya belum membayar koran yang telah saya beli beberapa waktu yang lalu.

Mungkin mereka punya catatan sendiri untuk para pelanggannya, tetapi saya yakin mereka tidak mempunyai catatan tertulis untuk itu. Berdasarkan ingatan saja ! Jika pembeli koran sudah cukup banyak yang membeli dengan cara itu, tentunya mereka pun harus mencatat agar tidak ada yang terlupa untuk ditagih. Mereka percaya bahwa pelanggan tersebut akan membayar sesuai dengan komitmen mereka.

Itulah sepenggal kisah perilaku para penjual koran di perempatan jalan.
Mereka pun telah menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kepada para pelanggannya. Mereka mengenal dengan baik para pelanggannya, dan barang yang dibutuhkan oleh mereka, serta akrab dengan para pelanggannya.

Bahkan pola pembayaran pun mereka sudah terapkan demi untuk kepuasan pelanggan. Meskipun ada risiko yang mereka tanggung karena mereka tidak mengenal betul siapa pelanggannya dan di mana mereka tinggal.

Kita pun dapat meniru cara mereka berjualan. Kenalilah pelanggan-pelanggan Anda, akrablah dengan pelanggan, dan percaya kepada pelanggan.

Happy selling !

Read More »»

Saturday, April 10, 2010

Coba gratis dulu !

. Saturday, April 10, 2010
1 comments

Baru kali ini saya mengajak kedua anak saya renang ke suatu hotel di Bandung. Anak saya yang pertama sudah biasa renang karena di sekolah juga belajar renang, tapi anak saya yang bungsu baru belajar renang, bisanya sih cuma ‘nyemplung’ dan baru ‘mengenal air’, alias baru belajar. Jika orang tuanya sendiri yang melatih, rasanya agak sulit mengajari anak sampai bisa berenang.

Maklum, ada rasa kasihan pada anak harus belajar menyelam, ‘minum air’ kalau kecelakaan. Tidak tega rasanya melihat anak kedinginan. Kadang-kadang si anak juga tidak menurut sama orang tua kalau diajari renang. Seperti anak saya yang pertama, belajar di sekolah lebih cepat daripada diajari orang tuanya karena ada motivasi sendiri seperti bermain dengan teman-teman sekolahnya, takut sama guru, ada target dari sekolah, dan sebagainya.

Yang jelas, kelihatannya lebih mudah diajari oleh guru lain daripada orang tuanya.
Di hotel tersebut ada beberapa guru renang yang mengajar anak-anak, semacam less renang secara periodik. Saya coba mendekati pelatih tersebut, sekedar mengenal berapa tarifnya, berapa lama biasanya waktu yang dibutuhkan untuk bisa berenang bagi anak seusia anak saya.

Setelah berbincang-bincang sebentar, pelatih tersebut menawarkan diri dan mendekati anak saya untuk diajari renang.
Anak saya kemudian mulai belajar renang dengan pelatih tersebut untuk beberapa menit.

Ini semacam uji coba gratis. “wah luar biasa Pak, anak Bapak sudah berani menyelam’, katanya dengan bangga. Anak saya juga kelihatnanya menikmati sekali diajari oleh pelatih tersebut, meskipun nafasnya kelihatannya ‘ngos-ngosan’ dan kadang hidungnya kelihatan merah karena menyelam.

Kawan, coba gratis seperti itu sering dilakukan oleh para penjual atau pemasar dalam menawarkan produk atau jasanya. Cara sepertiini cukup ampuh untuk menarik pelanggan.

Lihatlah kegiatan yang dilakukan oleh Yamaha motor dalam melakukan penjualan. Mereka datang ke sekolah-sekolah mengadakan event dan memberikan ‘coba gratis’ kepada para anak sekolah.

Di bidang otomatif, beberapa perusahaan menawarkan test drive kepada para calon pelanggannya. Penjual parfum mengorbankan satu botol parfum untuk dicoba gratis bagi para calon pelangggannya. Bahkan Koran tertentu juga memberi langganan gratis untuk beberapa minggu kepada calon pelanggannya.

Mainan anak-anak yang boleh dicoba dulu oleh anak-anak saat ini banyak ditawarkan di mall-mall tertentu. Coca cola juga pernah menawarkan gratis kepada mahasiswa suatu perguruan tinggi pada produk ‘zero’ nya.

Banyak contoh yang bisa kita amati dalam coba gratis ini. Ampuh ?
Dari pengamatan saya, upaya ini cukup berhasil dalam menggaet calon pelanggan. Dengan merasakan dan menikmati jasa yang ditawarkan, pelanggan biasanya terbujuk oleh ‘rayuan’ para penjual ini.

Tentu cara ini harus dilakukan dengan jujur dan akrab, serta tidak menimbulkan paksaan bagi pelanggan. Sebab kadang-kadang pelanggan dipaksa untuk mencoba produknya meski sebenarnya pelanggan tidak berminat.

Coba saja kita tengok cara-cara penjualan yang dilakukan di mall-mall tertentu. Beberapa kali saya lewat, para salesman seolah memaksa pelanggan untuk mencoba alat pijat yang ditawarkan, padahal para calon pelanggan sebenarnya tidak berminat bahkan ada yang karena terburu waktu tidak bersedia untuk mencoba produknya. Kesannnya seperti memaksa, sehingga target penjualan tidak tercapai.

Nah, jika Anda berniat melakukan coba gratis produk Anda kepada calon pelanggan, pastikan semuanya dilakukan secara terencana, lakukan tanpa paksaan, dan yang pasti.. jalin hubungan yang baik dulu. Anda tidak serta merta langsung menawarkan coba gratis ini karena tidak semua calon pelanggan merupakan pelanggan potensial.

Mau mencoba ?

Read More »»