Sunday, August 31, 2008

Bagaimana agar menjadi profesional ?

. Sunday, August 31, 2008
0 comments

Ketika kita dipromosikan untuk menduduki suatu jabatan tertentu, kadang timbul keraguan dalam diri kita, “Apakah saya mampu melaksanakan tugas-tugas yang akan dibebankan nanti ketika menduduki jabatan tersebut?”.

Siapa sih yang tidak bangga bila kita akan cepat dipromosikan, apalagi rekan-rekan kerja kita juga sebenarnya pantas untuk menduduki jabatan tersebut. Kita dipromosikan lebih cepat berarti kita mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan rekan-rekan kerja yang lain. Namun keraguan kadang timbul dalam diri kita.

Pelajaran berikut ini bisa kita ambil bagaimana menjadi dan tampil sebagai seorang profesional sejati.

Ada seorang serdadu yang, ketika diangkat menjadi jenderal, menyadari ia orang termuda dalam sejarah yang pernah dipromoskan sperti itu. Karena kan-itu, wajarlah jika ia merasa bangga dan terhormat akan tetapi sekaligus sangat cemas. Kepada istrinya, ia menjelaskan kecemasannya. Ia tidak yakin sanggup melakukan tugas barunya dan akan dihormati rekan-rekan serta bawahannya. Istrinya memberikan nasihat yang sangat masuk akal :

“Berpikirlah seperti seorang jenderal. Berbicaralah seperti seorang jenderal. Tampilah seperti seorang jenderal. Bertindaklah seperti seorang jenderal… Dan kau akan menjadi seorang jenderal.”

Itulah nasihat terbaik bagi siapa saja yang ingin diakui sebagai seorang profesional sejati. Berpikr, berbicara, dan bertidaklah sepeti seorang profesional, maka Anda akan menjadi seorang profesional.

Read More »»

Wednesday, August 27, 2008

Gajah sirkus

. Wednesday, August 27, 2008
0 comments

Pernahkah Anda memperhatikan gajah sirkus ? Gajah ini seperti gajah-gajah lainnya mempunyai tenaga yang luar biasa. Tetapi mengapa dia tidak bisa melepaskan ikatan tali di kakinya ? Itu karena gajah tersebut merasa tidak bisa, tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan talinya.

Sejak kecil gajah itu kakinya telah dirantai kuat pada sebatang pohon yang besar sehingga meskipun gajah tersebut menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya dia tidak bisa melarikan diri dari cambukan si pelatih. Setelah besar, gajah tersebut tetap merasa bahwa dia tidak bisa melepaska talinya walaupun hanya diikat pada sebatang tonggak kecil seperti pada sirkus tersebut. Dia merasa kekuatannya tidak akan sanggup melepaskan ikatannya tersebut.

Sama halnya dengan gajah tersebut, hal seperti itu banyak yang mengalaminya. Kata-kata yang pernah di dengarnya bahwa dia tidak mampu menyelesaikan pekerjaan, ejekan-ejekan dari lingkungan sekitar telah masuk ke dalam otak bawah sadarnya bahwa dia tidak mempunyai kemampuan.

Seorang anak yang berniat masuk perguruan tinggi diejek oleh orang tuanya,”makanannya saja jengkol bagaimana bisa masuk ke perguruan tinggi?”. Atau “kamu tidak punya bakat untuk menjadi seorang trainer, bicaranya saja tidak lancar, apa kamu sanggup bicara di depan orang banyak? Nggak usahlah lah percuma”. Atau “modal kamu segitu mau jadi saudagar besar, mana mungkin?” Mungkin seperti itulah komentar orang-orang yang ada di sekitar kita.

Dari komentar-komentar yang Anda dengar, kira-kira komentar mana yang lebih banyak Anda dengar, komentar positif atau negatif ? Saya yakin jawaban Anda adalah komentar negatif.

Jika Anda lebih banyak mendengar komentar negatif dan kemudian hal itu Anda masukkan ke dalam hati, dan kemudian melemahkan sikap mental Anda, maka akhirnya Anda akan seperti gajah sirkus tersebut. Merasa diri tidak mampu, merasa diri gagal dan sebagainya akan melemahkan perjuangan-perjuanan Anda. Orang-orang seperti ini terbelenggu oleh pemikiran dirinya sendiri.

Pandai-pandailah menyaring informasi, komentar-komentar negatif seharusnya Anda jadikan cambuk untuk belajar lebih baik, lebih banyak dan lebih tekun. Bukan untuk diterima begitu saja. Ingat, orang-orang yang beruntung dan sukses adalah orang-orang yang mau berjuang dan mau berusaha sungguh-sungguh. Mereka tidak merasa rendah atau kurang mampu. Mereka justru berpikir sebaliknya, bagaimana caranya supaya bisa sukses.

Jika Anda berpikir bahwa orang lain bisa, berpikirlah mengapa Anda tidak bisa. Jika orang lain bisa sukses mengapa Anda tidak bisa sukses. Yang lebih penting di sini adalah kemauan Anda untuk mencapai hasil seperti yang Anda cita-citakan.

Seseoran pernah berkata :
Jika Anda berpikir Anda dikalahkan, memang Anda akan dikalahkan.
Jika Anda berpikir Anda tidak berani, memang Anda tidak berani.
Jika Anda ingin menang, tetapi Anda pikir tidak bisa, hampir pasti Anda tidak akan menang.
Perjuangan hidup tidak selalu berpihak kepada orang yang lebih kuat atau lebih cepat, cepat atau lambat orang yang menang adalah orang yang berpikir bahwa ia bisa.

Jadi, jika Anda ingin sukses, Anda harus yakin Anda akan mampu mencapai sukses tersebut. Lakukan apa yang bisa Anda lakukan untuk mencapai sukses tersebut, maka sukses akan menanti Anda.

Salam sukses !

Read More »»

Tuesday, August 26, 2008

Carilah Orang Yang Komplain

. Tuesday, August 26, 2008
0 comments

Seorang teman saya yang bekerja di suatu perusahaan asuransi sering menerima komplain dari para calon pelanggan. Orang-orang yang ditemui, selalu ada saja keluhannya, mulai dari pengalaman yang tidak menyenangkan dengan asuransi, pernah dikecewakan oleh perusahaan asuransi, mendengar atau membaca berita yang tidak baik mengenai asuransi, perusahaan asuransi banyak yang menipu, dan sebagainya.

Tetapi justru orang yang komplain itulah kemudian menjadi pelanggannya. Bahkan lebih jauh lagi, orang-orang yang komplain tersebut memberitahu kepada teman-temannya – atau dengan kata lain – merekomendasikan agar menemui atau menghubungi teman saya itu.

Apa kiatnya ? Orang yang komplain tadi berhasil diyakinkan, diberikan penjelasan dan wawasan yang benar tentang asuransi.

Barangkali Anda sudah pernah mendengar kondisi seperti ini : Tujuh dari sepuluh pelanggan yang mengeluh, baru akan kembali meneruskan hubungan bisnisnya setelah perusahaan memecahkan masalah yang mereka hadapi. Orang yang komplain, jika diatasi dengan benar 95% akan kembali menjadi pelanggan kita. Mereka yang puas karena komplainnya ditanggapi, akan menceritakan pengalamannya kepada lima temannya.

Kuncinya adalah mau mendengarkan dengan empati. Biarkanlah pelanggan menyampaikan komplainnya, dan tugas kita sebagai penjual adalah mendengar. Mencoba mendengar keluhannya berarti mencoba memahami apa yang disampaikan, apa yang menjadi penyebabnya sehingga mereka komplain. Kemudian berempati, artinya mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Ini akan memberikan rasa nyaman bagi pelanggan. Seandainya Anda mengalami seperti yang dialami oleh calon pelanggan Anda, bagaimana perasaan Anda ?

Dengan mengetahui penyebab mereka komplain, yang perlu Anda lalukan adalah memberikan penjelasan secara panjang lebar tentang mengapa sesuatu terjadi pada diri klien tersebut.Misalnya, tentang janji-janji yang disampaikan oleh perusahaan asuransi yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Adanya persepsi bahwa perusahaan asuransi hanya mengobral janji, mungkin disebabkan karena kekurangpahaman klien tentang ketentuan-ketentuan dalam asuransi. Banyak terjadi kasus-kasus klaim yang gagal karena tidak dipenuhinya persyaratan-persyaratan yang ditentukan. Dan ini tidak diketahui oleh klien, karena kurangnya penjelasan kepada klien.

Atau bisa juga terjadi, oknum agen asuransi sengaja menyembunyikan aturan-aturan tersebut dengan tujuan untuk mencari keuntungan pribadi atau dengan harapan dapat memperoleh nasabah dengan cepat. Di sinilah peran Anda ! Anda dapat memberikan penjelasan tentang ketentuan-ketentuan asuransi seperti yang tertera dalam polis. Sejelas-jelasnya, dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menyembunyikan informasi yang seharusnya perlu diketahui oleh klien.

Umum terjadi, klien tidak menerima informasi secara utuh tentang ketentuan-ketentuan yang dihadapi, sehingga dapat menimbulkan persepsi berbeda dengan apa yang diharapkan. Sampai di sini, klien yang benar-benar mengerti sudah bisa digiring untuk menjadi klien Anda. Akhirnya dengan penjelasan tersebut, klien akhirnya terbuka untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya. Ini lah peluang yang harus Anda tangkap - memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien tersebut dengan produk yang tepat.

Komplain adalah sesuatu yang positif, bukannya penghalang, tetapi justru sebuah pembuka jalan untuk berhasil. Teman saya tadi mengatakan,”Aku senang kalau ketemu dengan klien yang komplain, karena di situ terdapat peluang”.
Jadi… carilah orang yang komplain, karena di situlah peluang Anda untuk memecahkan masalah mereka. Dan itu berarti bisnis bagi Anda.

Bagaimana pendapat Anda ?

SALAM SUKSES !

Read More »»

Tangkap Basah Mereka !

.
0 comments

Di dunia kerja, banyak dari kita yang berusaha mencari kesalahan-kesalahan orang lain, kemudian kesalahan tersebut diceritakan kepada orang lain. Mereka bertindak ibarat polisi yang siap menangkap kalau ada kesalahan-kesalahan orang lain.

Tetapi jarang dari kita yang berusaha mencari keberhasilan orang lain. Bahkan kadang kita iri kalau orang lain berhasil atau meraih kesuksesan.

Mencari kesalahan orang lain itu sah-sah saja, sepanjang itu dilakukan dengan proporsional. Artinya, janganlah kita terfokus pada kesalahan-kesalahan orang lain, cobalah juga mencari apa yang telah dilakukannya, apa keberhasilannya. Mencari kesalahan orang lain lebih gampang dibandingkan dengan mencari prestasi seseorang.

Saya pernah menugaskan mahasiswa untuk mencari kebaikan dan keburukan dari suatu kasus yang saya berikan. Dari kasus yang diberikan tersebut, mereka sulit menemukan kebaikan-kebaikan, namun sebaliknya begitu mudah menemukan keburukan-keburukannya dan kemudian mengkritiknya.

Kasus yang sama saya berikan untuk menemukan keburukan dan kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri. Mereka menemukan lebih banyak keburukan dibandingkan dengan kebaikan. Begitu sulitnya menemukan kebaikan diri sendiri, entah karena malu mengungkapkannya, atau karena tidak percaya diri atau karena tidak yakin dengan diri sendiri. Apa pun penyebabnya, yang jelas lebih sulit menemukan kebaikan dibandingkan keburukan.

Banyak manajer bisnis yang hanya menyalahkan bawahannya kalau bekerja. Kalau menemukan sedikit kesalahan saja mereka langsung memberikan teguran kepada bawahannya. Apakah dengan menemukan kesalahan-kesalahan tersebut kemudian memberikan efek yang positif bagi orang tersebut ? Jangan-jangan demotivasi-lah yang terjadi.

Bagaimana kalau kita melihat sisi yang lain, yaitu keberhasilan-keberhasilan yang diraihnya ? Seberapa sering Anda memberikan pujian kepada anak buah Anda, rekan sekerja Anda, atau kepada lingkungan Anda. Bandingkan… seberapa sering Anda membicarakan kejelekan atau kesalahan-kesalahan orang lain.

Kita harus sadar bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada bawahan atau rekan sekerja. Ucapan selamat atau sekedar terima kasih akan membangkitkan semangat para karyawan untuk bekerja. Memberikan pujian sebenarrya membantu mereka untuk berkembang. Kebiasaan memberikan pujian seharusnya dilakukan secara terus-menerus.

Berilah pujian kalau mereka menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi perusahaan, sekecil apa pun itu. Dan hargailah prestasi-prestasi mereka. Buka mata lebar-lebar dan perhatikan apa yang terjadi. Kemudian… Tangkap basah mereka saat mereka melakukan sesuatu dengan benar !

Bagaimana pendapat Anda ?

SALAM SUKSES !

Read More »»

Sunday, August 24, 2008

Prinsip Pareto

. Sunday, August 24, 2008
2 comments

Prinsip Pareto berasal dari ekonom Italia Vilfredo Pareto. Dia mengamati bahwa 20% perusahaan menyumbang 80% GNP atau Produk Nasioanl Bruto suatu negara. Sedangkan 80% perusahaan lainnya hanya menyumbang 20% GNP sisanya.

Prinsip Pareto atau aturan 20/80 telah diterapkan dalam banyak bidang termasuk manajemen waktu. Prinsipnya, 20% kegiatan menyumbang pada 80% hasil, dan 80% dari kegiatan hanya menyumbang 20% hasil sisanya. Dalam manajemen waktu 20% waktu sering membawa manfaat pada 80% waktu anda.

Dengan prinsip ini, maka yang perlu dilakukan adalah anda memiliki waktu khusus – sebanyak 20%-- untuk melakukan apa yang harus anda lakukan yang mempengaruhi 80% waktu sisa anda.

Contohnya adalah pembuatan rencana harian. Anda mungkin hanya butuh setengah jam untuk itu tetapi manfaatnya anda rasakan seharian. Hari anda pun menjadi lebih efektif. Hal ini juga berlaku untuk rencana mingguan, bulanan, dan tahunan.

Contoh lainnya adalah olah raga. Anda hanya melakukannya 15 menit saja sehari, tetapi akibatnya anda aka tetap bugar dalam waktu 23 jam 45 menit berikutnya.

Contoh lain : banyak materi bacaan yang haruS diperlakukan dengan aturan 20/80 ini, misalnya surat khabar. Anda tidak harus membaca semua isi koran hingga kalimat terakhir. Anda cukup baca sekilas (scanning) kepala beritanya. Kalau menarik, anda baca pokok beritanya. Kalau penting, baru baca keseluruhannya. Kalau tidak perlu, ya lewat saja.

Read More »»

Gunung atau bukit ?

.
0 comments

Ayah ku adalah seorang guru – rektor SD kata ayahku – Kepala sekolah yang cukup di segani di kampungku. Selain sebagai guru, ayahku juga seorang petani. Setiap sore, setelah melepas lelah sejenak dari pekerjaan sebagai seorang guru, ayah dan ibu ku pastilah ada di ladang atau di sawah.

Bukan mengecilkan gaji sebagai seorang guru, tetapi untuk membiayai keluarga, ayah ku juga melakukan pekerjaan sambilan dengan menggarap sawah dan ladang baik milik sendiri mau pun milik orang lain. Aku salut kepada ayah ku, membagi waktu antara pekerjaan sekolah, bertani, dan bermasyarakat di desa yang cukup banyak menyita waktu untuk kegiatan sosial.

Di desa itu lah aku habiskan masa kecilku, yang hampir setiap sore membantu ayah dan ibu ku bertani. Dari desa ku, sebuah gunung terlihat menjulang tinggi – Gunung Batukaru - diapit oleh bukit-bukit yang memanjang disekitarnya.

Suatu kali ayah ku bertanya kepada ku,”Kamu tahu tidak, apa nama gunung-gunung kecil (bukit) yang ada di sana ?,” demikian sambil menunjuk ke arah bukit-bukit tersebut.

“Aku tidak tahu, tapi aku tahu gunung yang yang paling tinggi itu adalah Gunung Batukaru, “ jawab ku sambil menunjuk gunung Batukaru.

“Nah, gunung-gunung itu adalah cermin suatu kesuksesan. Banyak orang yang tidak tahu bukit-bukit itu, tapi dapat dipastikan hampir setiap orang mengenal gunung yang paling tinggi itu.”

“Maksudnya ?,” tanya ku dengan penasaran.

“Lebih baik menjadi gunung daripada menjadi bukit. Untuk mencapai sukses dan dikenal orang, jadilah sebuah gunung – gunung yang paling tinggi - meskipun hanya satu gunung. Bukit-bukit itu sangat banyak, tapi jarang orang yang mengenalnya”.

“Artinya, untuk bisa unggul, kuasailah satu bidang ilmu – asalkan benar-benar dikuasai – maka hal itu akan membawa kamu pada kesuksesan. Dibandingkan dengan banyak ilmu – tapi menguasai nya setengah-setengah, tidak ada yang menonjol pada diri mu”.

Memang benar, mengapa Susi Susanti menjadi juara bulu tangkis, karena dia memang fokus berlatih pada kegiatan bulu tangkis. Contoh lain lagi, Hermawan Kertajaya fokus mengembangkan keahliannya di bidang marketing sehingga menjadi pakar di bidangnya. Teman saya fokus mengembangkan keilmuannya pada bidang leadership, saat ini mulai terkenal sebagai pembicara pada bidang leadership.

Banyak orang yang ingin menguasai segalanya, jadinya hanya sekedar bisa dan tidak menguasai secara mendalam bidangnya, sulit untuk menjadi juara. Teman saya di bidang olah raga, hampir semua jenis olah raga dia kuasai, dan tidak akan pernah menjadi juara sejati – karena tidak fokus. Tapi olah raga ini, bagi nya hanya sebagai selingan dan pergaulan bukan untuk meraih prestasi.

Kisah teman saya yang satu ini lain lagi. Setelah tamat SMK bidang otomotif, dia rajin berlatih di suatu bengkel. Pertama-tama hanya jadi pegawai (staff) bengkel, dan merupakan salah satu ‘montir’ mobil. Merasa keahliannya sudah meningkat, timbul keinginannya memiliki bengkel sendiri. Bergabung dengan teman-temannya, akhirnya dia memiliki bengkel yang cukup besar. Karena keahlian dan keramahtamahannya, pelanggan-pelanggan yang biasanya datang ke tempat dia bekerja dulu dengan setia tetap menggunakan jasanya di bengkelnya yang baru. Mempunyai satu bidang yang benar-benar dia kuasai yaitu bidang otomotif.

Jadi kembangkanlah keahlian Anda pada bidang tertentu – fokus pada bidang tertentu, karena itu akan membawa Anda pada prestasi tertinggi, sedangkan yang lainnya sifatnya hanya melengkapi.

Jadilah sebuah gunung, gunung yang tinggi, dan bukit-bukit disekitarnya akan menambah keindahan gunung itu sendiri dan alam sekitarnya.

Bagimana pendapat Anda ?

SALAM SUKSES !

Read More »»

Gantungkan cita-citamu setinggi langit

.
0 comments

Mungkin itu nasihat atau pepatah yang diberikan orang tua saya waktu kecil. Setinggi Langit ? Bagaimana mungkin mencapainya, langit khan tidak terbatas. Mungkin berlebihan kiranya kalau cita-citanya setinggi langit.

Cobalah tanya kepada anak kecil, apa cita-citanya. Tanpa beban dan dengan bebasnya mereka akan menyatakan cita-citanya. Jadi Pilot. Jadi Dokter. Jadi Polisi ! Ya begitulah anak-anak. Dan sekarang cobalah kita tanya kepada orang dewasa. Banyak yang kebingungan !

Saya pernah mengajukan pertanyaan ini kepada mahasiswa saya. Dan memang benar, kebanyakan mereka masih bingung, mau ke mana setelah lulus nanti.

Cita-cita adalah suatu tujuan yang ingin kita capai. Cita-cita-cita akan menentukan arah kita untuk berjalan. Bayangkan, jika kapal berlayar dan tidak ada tujuan, nakhoda pun akan bingung. Kapal akan berlayar tanpa arah mengikuti arus laut atau arah angin.

Ada yang bilang, biarlah kehidupan ini mengalir seperti air, saya akan mengikuti ke mana air mengalir. Nah, orang yang berpikiran seperti sepenuhnya menggantungkan diri pada nasib. Meskipun dia bekerja dengan baik, tapi belum sempurna karena tiada arah yang ingin dicapainya.

Mengapa tujuan itu penting ?
Cita-cita akan mengarahkan energi kita untuk mengarah ke sana. Namun cita-cita juga harus menantang. Tujuan yang terlalu mudah tidak akan membuat kita semangat. Sebaliknya tujuan yang terlalu tinggi juga tidak baik karena akan membuat kita frustasi.

Pada suatu forum, seorang HRD dari suatu bank ternama pernah menceritakan kisah pribadinya. Profesinya sebenarnya adalah dokter, tamatan suatu universitas ternama di Yogyakarta. Tapi cita-citanya bukanlah dokter. Dia kuliah di fakultas kedokteran karena dorongan orang tuanya. Karena rasa sayangnya kepada orang tuanya, maka dia bersedia kuliah di fakultas kedokteran. Setamat kuliah, cita-citanya masih tetap seperti dulu, yaitu bekerja di bank - menjadi seorang bankir.

Untuk mencapai cita-citanya, setamat kuliah, dia kemudian mengirimkan lamaran kerja ke bank. Beberapa kali surat lamarannya ditolak, alias tidak ditanggapi. Seorang dokter mau bekerja di bank, mana mungkin ? Begitu mungkin pikiran mereka. Tapi tekadnya tetap bulat.

Puluhan lamaran dikirimkannya dan puluhan kali dia menalami penolakan. Saking seringnya mengirimkan surat lamaran, petugas kantor pos sampai hafal kepadanya. Pernah suatu ketika ditawari pekerjaan di kantor pos. “Pak, daripada susah-susah mencari kerja, Bapak mau tidak bekerja di kantor kami, kebetulan pengantar pos kami sebentar lagi mau pensiun”. Begitulah kira-kira tawaran yang dia terima dari kantor pos.

Tentu saja tawaran tersebut terasa menghina, bagaimana mungkin seorang dokter mau jadi pengantar pos ! Teman-teman sekelilingnya juga menasihati agar mengurungkan niatnya bekerja di bank. Tapi tekadnya sudah bulat – tetap berniat untuk bekerja di bank.

Akhirnya Tuhan rupanya mendengar doanya. Pada lamaran yang ke sekian puluh, dia diterima di suatu bank nasional yang cukup besar. Cukupkah sampai di sini ? Ternyata tantangan yang dihadapi setelah diterima adalah pada waktu orientasi pendidikan. Bagaimana dia belajar keuangan dan perbankan, padahal selama ini dia hanya belajar ilmu kedokteran.

Tapi tekad sudah sedemikian bulat, dengan semangat yang menyala-nyala berusaha untuk memahami dunia perbankan yang sangat baru baginya. Jika teman-temanya (yang sebagian besar mempunyai back ground ekonomi), bekerja lebih mudah dan dengan demikian lebih sedikit mengalokasikan waktu belajarnya, dia menjadi sebaliknya. Pikirannnya adalah harus bisa sehingga harus belajar lebih banyak. Kadang belajar harus sampai jam 2 pagi.

Akhirnya, setelah selesai orientasi, prestasinya sangat mencengangkan karena memperoleh prestasi yang sangat luar biasa melebihi teman-temannya yang nota bene mempunyai latar belakang ekonomi. Saat ini dia bekerja di suatu bank dan menduduki posisi yang sangat strategis.

Itulah cita-cita ! Jika kita mempunyai cita-cita yang menantang maka maka motivasi kita pun akan semakin besar, dan segenap energi akan mengarah kepadanya.

Pesan orang tua, gantungkan cita-citamu setinggi langit, agar kita mempunyai semangat belajar yang kuat.

Nah sekarang cobalah tanya kepada diri Anda sendiri, APA CITA-CITA ANDA ?

SALAM SUKSES !

Read More »»

Bertindaklah seperti tikus !

.
0 comments

Apakah perbedaan antara naluri manusia dengan naluri tikus ? Perbedaan itu dengan jelas digambarkan oleh Spencer Johson dalam bukunya yang berjudul Who moves my cheese.

Dalam buku tersebut diceritakan manusia pada dasarnya adalah makhluk yang terprogram oleh rutinitas. Tindakan-tindakannya digerakkan oleh kebiasaan-kebiasaan (habit). Artinya, manusia cenderung berorientasi pada masa lalu (kebiasaan-kebiasaan).

Cheese” (keju) diartikan sebagai sesuatu yang dicari manusia. Bisa berupa kebahagian, makanan, rezeki, harta, atau apa saja. Maka ketika manusia menemukan sesuatu, dan itu berulang-ulang selalu ada di sana, ia pun akan secara otomatis datang ke sana. Mula-mula Anda membentuk kebiasaan, tapi lama-lama kebiasaan telah membentuk Anda.

Tapi bagaimana bila suatu ketika “cheese” itu tiba-tiba tidak ada di sana? Betul! Manusia cenderung akan komplain, berteriak meminta agar siapa saja yang mengambil mengembalikannya.

Tapi setelah berhari-hari ditunggu cheese itu tetap tidak ada lagi di sana, mereka memilih diam, mereka akan kehabisan akal. Satu-satunya yang tersisa tinggal harapan, yaitu harapan “cheese” itu akan kembali lagi. Maka mereka pun menunggu, dan menunggu, sampai mereka menjadi tua, renta, dan bodoh.

Bagaimana dengan tikus ?

Tikus selalu digambarkan sebagai hewan yang rajin dan cerdik. Ketika “cheese” itu tiba-tiba hilang, tikus tidak tinggal diam, melainkan terus bergerak dan mengendus ke depan. Berhari-hari mereka mencari jalan baru, cheese yang dicari tidak ditemukan.

Mereka terus bergerak tanpa pernah putus asa. Sampai suatu ketika mereka menemukan sumber baru di tempat yang sama sekali berbeda. Tikus menemukan sesuatu yang baru, karena berorientasi pada tindakan dan tidak takut bereksperimen.

Pelajaran yang bisa diambil ?

Jangan putus asa, jangan biarkan diri Anda menjadi tua, renta, dan bodoh dengan berorientasi pada masa lalu. Beranilah bereksperimen dan mencari cara-cara baru, dan bertindak.

Manusia “tikus” adalah manusia yang tidak berdiam diri, selalu bergerak ke depan mencari cara-cara baru dan jalan-jalan baru.
SALAM SUKSES !


(dikutif dari Change : by Renald Kasali)

Read More »»

Saturday, August 23, 2008

Judge The Book By It’s Cover

. Saturday, August 23, 2008
0 comments

Judge the book by it’s cover. Itulah bunyi iklan yang saya lihat dari suatu majalah ternama – sangat menarik perhatian saya. Iklan ini seolah-olah mematahkan peribahasa lama yang mengatakan “Don’t judge the book by it’s cover”.

Rupanya pepatah ini sudah tidak cocok lagi dengan keadaan sekarang khususnya dalam bidang pelayanan. Sering sekali kita menilai suatu benda dari bungkusnya. Produk yang bungkusnya baik, tentunya akan menarik perhatian pelanggan karena memberikan kesan bahwa isinya pun juga baik.

Apa kesan Anda, seandainya Anda masuk ke suatu toko yang dari luar kelihatan gedungnya kusam atau kotor. Apakah Anda merasa nyaman seandainya para karyawan yang melayani Anda di suatu kantor berpakaian kusut ? Pastilah Anda berpikir bahwa pelayanan toko tidak baik.

Bagaimana mungkin kantor yang kotor atau pegawai yang berpakaian lusuh dapat melayani Anda dengan baik. Meskipun, akhirnya pelayanan dari karyawan tersebut baik, tapi kesan pertama dari suatu layanan sangat menentukan persepsi konsumen tentang suatu layanan. Pelanggan akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai kualitas suatu pelayanan.

Apa saja yang dapat dilihat oleh perusahaan yang dapat memberikan kesan baik bagi pelanggan ? Apa yang dilihat, dalam istilah pelayanan termasuk dalam unsur tangible, yaitu unsur fisik dari pelayanan itu sendiri – sesuatu yang dapat dilihat oleh konsumen. Inilah yang pertama kali dapat memberikan kesan baik bagi pelanggan.

Termasuk dalam unsur ini adalah penampilan karyawan, gedung, sarana dan peralatan yang dimiliki oleh perusahaan. Karyawan lini depan yang berpenampilan baik/ bersih dapat memberikan kesan bahwa pelayanan perusahaan sangat baik. Karena itulah, mengapa perusahaan besar mewajibkan karyawan lini depan untuk berpakaian seragam agar memberikan kesan yang positif bagi pelanggan.

Gedung yang selalu terjaga kebersihan serta peralatan yang canggih dapat dinilai baik oleh pelanggan. Para tamu yang berkunjung ke kantor kami (Poltekpos) sering mengungkapkan rasa kagumnya karena gedung kami sangat representatif sebagai tempat untuk pelatihan dan sarana belajar mengajar. Petugas diknas dari Pontianak pada waktu mengadakan kunjungan ke kampus kami, berdecak kagum karena baru kali itu melihat ada Politeknik (swasta) yang mempunyai gedung yang megah dengan taman-taman yang terjaga kebersihannya serta fasilitas yang jauh melebihi kampus-kampus pada umumnya.

Dalam banyak penelitian, pelanggan yang puas akan kembali lagi membeli dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, unsur tangible yang dapat memuaskan pelangggan, juga menentukan apakah pelanggan akan sering menggunakan jasa perusahaan kita.

Misalnya, dalam jasa internet (warnet), konsumen yang dilayani oleh warung internet dengan ruangan yang bersih, akan kembali lagi ke warnet tersebut apabila pelanggan tersebut membutuhkan jasa internet lagi. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan (komputer, meja atau tempat duduk) yang menentukan kenyamanan pelanggan dalam menggunakan jasa internet akan menentukan apakah pelanggan tersebut akan kembali lagi.

Jadi, perusahaan perlu menjaga fasilitas fisik perusahaan karena akan menentukan kesan pelayanan pelangggan, tentunya dengan tetap memberikan prioritas pada atribut yang dianggap paling penting bagi pelanggan.
Bagaimana pendapat Anda ?

SALAM SUKSES !

Read More »»

Fokus pada tujuan

.
0 comments

Anda tentu pernah menonton lomba balap lari, entah dalam Olimpiade, Asen Games, PON, atau lomba lari lainnya. Apakah Anda betul-betul memperhatikan sikap peserta pada waktu lomba tersebut ? Ya, mereka semua fokus ke depan, fokus ke garis finish ! Peserta tidak ada yang lihat ke kiri, kanan atau ke belakang.

Cobalah Anda lari sekencang-kencangnya, dan pada saat itu Anda coba menoleh ke belakang. Apa yang Anda rasakan ? Energi Anda berkurang, bukan ? Sebagian tenaga Anda seperti tersedot sehingga pada saat Anda menoleh ke belakang, kecepatan lari Anda jadi berkurang. Begitu juga dengan orang balap lari, menoleh ke samping apalagi ke belakang dapat mengurangi energinya, dan … di saat itulah, ia bisa dilewati oleh pesaing-nya. Untuk menjadi pemenang, Anda harus fokus ke depan, fokus kepada hasil.

Seperti lomba lari tersebut, orang yang sukses juga harus fokus ke depan, fokus kepada hasil, fokus kepada tujuan. Kita memang harus belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu, tetapi kita tidak dikuasai oleh kesalahan-kesalahan tersebut.

Fokus ke depan berarti berpikir untuk sukses, membayangkan apa yang akan terjadi serta menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meraih sukses tersebut. Berpikir untuk sukses juga berarti bersikap optimis.

Fokus ke depan merupakan salah satu cara untuk membangun kekuatan mental kita. Ahli psikologi mengatakan bahwa mental kita dipengaruhi oleh ide, sikap, perasaan dan pikiran-pikiran tentang diri kita yang akan mempengaruhi kinerja kita. Ini akan mempengaruhi jalan hidup kita. Perilaku kita akan sejalan dengan sikap mental kita.

Jika kita bermental gagal, maka jalan hidup kita akan mengarah kepada kegagalan. Semakin kita bermental positif, maka akan semakin kuat energi kita mengarah kepada kesuksesan karena mental yang positif akan menghasilkan energi yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan itu.

Teman saya pernah belajar menyetir mobil, tetapi gagal karena menabrak seorang pengendara motor. Sejak kejadian tersebut dia tidak berani lagi mencoba belajar karena masih takut dan trauma dengan kejadian tersebut. Akhirnya sampai sekarang dia tidak bisa menyetir mobil. Kegagalan telah menguasai dan mempengaruhi perilakunya sehingga tidak berani mencoba lagi.

Mulai sekarang, marilah kita fokus ke depan, mengarahkan mental kita menuju kesuksesan. Mencoba, mencoba dan mencoba lagi. Jangan takut gagal !
Focus on your future and don’t overly concern with past mistakes or failure.


SALAM SUKSES.

Read More »»

Time management

.
0 comments

Tono sedang kebingungan, duduk termenung di meja kerjanya. Rupanya pekerjaannya begitu banyak sehingga tidak tahu mana yang harus dikerjakannya lebih dulu. Semuanya terasa penting dan begitu mendesak. Saking bingungnya sampai-sampai dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebaliknya, Deni kelihatan sangat sibuk setiap harinya. Tetapi ketika diperhatikan lebih seksama, ternyata hasilnya juga tidak seberapa. Kedua orang ini ketika pulang kelihatan fisiknya sangat melelahkan.

Pernahkan Anda mengalami seperti itu ? Jika itu yang Anda hadapi, berarti Anda harus belajar bagaimana mengelola hari kerja dengan lebih baik. Artinya Anda harus mengelola waktu Anda dengan baik.

Setiap orang mempunyai waktu 24 jam sehari. Tidak lebih dan tidak kurang ! Lalu kenapa ada orang yang dengan mudahnya bisa menyelesaikan pekerjaan hariannya ? Apakah dia bekerja lebih keras ?

Anda tidak perlu harus bekerja lebih keras, yang Anda perlukan adalah Anda harus bekerja sedikit lebih cerdik. Lalu bagaimana bekerja lebih cerdik itu ?

Andrew Carnegie membuat resep yang sangat ampuh untuk mengatasi hal tersebut. Kuncinya adalah bagaimana Anda mengelola waktu dengan lebih cerdik.

Setiap hari, sebelum Anda pulang kerja atau pada malam hari sebelum hari kerja berikutnya, buatlah daftar pekerjaan, apa yang harus Anda kerjakan esok hari di kantor. Rencana kerja tersebut kemudian diurutkan sesuai dengan prioritas, mulai dari yang paling penting dan mendesak.

Ingat perencanaan ini harus Anda lakukan malam harinya. Banyak orang yang keliru, membuat rencana kerja pada pagi harinya di kantor. Padahal pada pagi hari kita dalam keadaan fresh, dalam keadaan yang fit di mana otak dan badan kita masih segar. Jika anda membuat rencana kerja pada pagi hari itu, berarti Anda sudah menghabiskan waktu produktif Anda.
Pagi yang segar harusnya diisi dengan kegiatan produktif, hindari untuk membuka email yang dirasa tidak perlu, karena hal ini akan menguras energi yang Anda pada pagi hari yang segar itu. Hindari untuk melakukan hal-hal yang perlu.

Tapi mulailah menyelesaikanlah pekerjaan dari daftar pekerjaan yang telah Anda buat tersebut satu per satu, sesuai dengan prioritas yang telah Anda tetapkan. Kemudian jika Anda selesai mengerjakan satu rencana yang sudah Anda jadwalkan, coretlah rencana itu dari daftar tersebut. Demikian selanjutnya, kerjakan satu persatu.

Berusahalah membuat daftar rencana kerja dengan realistis, sesuai dengan kemampuan Anda. Jika Anda mempunyai staff, sebagian pekerjaan tersebut dapat Anda delegasikan kepada staff bawahan Anda.

Jika anda disiplin mengerjakan kegiatan seperti itu, saya yakin Anda tidak akan kebingungan lagi seperti Tono atau Deni yang di awal kisah ini.

Bagaimana pendapat Anda ?

SALAM SUKSES !

Read More »»

Friday, August 22, 2008

Orgasme

. Friday, August 22, 2008
0 comments

Seorang teman saya hampir setiap kali mengeluhkan pekerjaan-pekerjaannya.

“ Uh.. capek sekali”.

“Pekerjaan ini menyita sebagian besar waktu ku”.

“Ah.. pekerjaan ini rasanya berat sekali.” Atau…

“Waduh aku bisa gila dengan pekerjaan-pekerjaan seperti ini”. Dan macam-macam lagi keluhannya.

“Tapi selesai khan, sukses khan ?”

“Ya sich.. tapi.. rasanya aku tidak mau bekerja seperti ini lagi”

Tapi dapatkah ia menghindar dari pekerjaan itu ? Tidak, karena itu memang tugas rutinnya. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau itulah job nya, kecuali dia mau keluar dari pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain. Tapi apakah di tempat lain dia akan bisa santai ? Kalau saya melihat karakternya.. saya tidak yakin !

Banyak dari kita yangg terbebani dengan banyak pekerjaan sehari-hari. Tetapi pekerjaan baru selalu datang begitu pekerjaan yang lama telah selesai. Bukan hanya pekerjaan yang di kantor, begitu sampai rumah, anak-anak yang masih kecil ingin ditemani, dan baru bisa melanjutkan kalau mereka sudah bobok. Dan kadang-kadang harus menyempatkan mengobrol dengan istri, tetapi pekerjaan di kantor selalu terpikirkan. Kadang kita ingin menjadwalkan waktu santai, tapi kapan ? Besok, lusa.., hari minggu, bulan depan ?

Lalu, apa yang dapat Anda lakukan ? Jika mungkin, ambillah waktu santai dan jadwalkan. Jika kita bersantai atau rekreasi dengan keluarga, misalnya, usahakan bebaskan pikiran-pikiran tentang pekerjaan. Waktu santai, usahakan benar-benar santai. Santai sejenak dapat menghilangkan penat dan bebas dari pekerjaan.Hal ini juga berlaku kalau kita bekerja, bekerjalah dengan benar, jangan mikirin waktu santai. Bekerja dengan ‘benar’ akan memberikan hasil yang lebih baik.

Teman, terkadang suatu pekerjaan terkadang terasa susah atau berat tergantung pada bagaimana kita menjalaninya. Pekerjaan yang dilakukan dengan menyenangkan hasilnya jauh lebih baik daripada kita mengerutu terus.

Hasil suatu pekerjaan dapat disamakan dengan orgasme. Orgasme adalah titik akhir, tetapi untuk mencapainya perlu proses. Anda perlu melakukan foreplay sebelum mencapai orgasme agar orgasme semakin nikmat. Proses untuk mencapainya jauh lebih penting. Untuk mencapainya agar terasa lebih puas, kita merasa perlu merasakan kedekatan, bersentuhan dan bercakap-cakap.

Sama halnya kalau kita melakukan pekerjaan, proses untuk mencapainya jauh lebih penting daripada hasilnya. Pekerjaan dapat datang dan pergi, tetapi untuk merasakan hasilnya, kita pun juga harus merasakan dengan nikmat, bagaimana mencapainya.

Saya jadi teringat dengan pesan guru saya sewaktu SMA. Sebelum mendaki gunung beliau berpesan, mendakilah dan lihatlah nanti betapa indahnya kalau kita sampai ke puncak gunung. Tapi jangan lupa, nikmatilah alam, pemandangan, tumbuh-tumbuhan pada waktu Anda mendakinya. Nikmatilah foreplay seperti halnya orgasme.

SALAM SUKSES !

Read More »»

Apakah Anda orang yang kaya?

.
0 comments

“Nak, kalau sudah besar, kamu ingin jadi apa?”.
Dengan antusias aku menjawab,”Aku ingin jadi orang kaya”.
” Apakah kamu tahu apa yang dimaksud dengan orang kaya?”.
” Ya tahu Bu, orang kaya itu yang punya mobil mewah, rumah besar, uang yang banyak sehingga bisa apa saja.”
”Menurut Ibu, bukan itu yang dimaksud dengan orang kaya sesungguhnya. Orang kaya adalah orang yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya !”.
Aku membayangkan kembali pesan ibu di kala kecil. Orang kaya !
Apakah aku sudah menjadi orang kaya ? Selama ini aku merasa tidak banyak kesulitan untuk membiayai keluargaku. Rumah, mobil meskipun bukan rumah yang mewah, atau mobil mewah, tapi untuk seusiaku dan karirku saat ini aku merasa cukup.
Pada waktu anak ku yang pertama lahir, sebulan kemudian, aku memperoleh promosi jabatan di kantor. Tentu saja berpengaruh pada penghasilanku. Aku kepingin rumah yang agak besar, karena anak-anak bertambah besar juga terkabul. Ini karena aku gabung menjadi sales associate, dan berhasil melakukan transaksi beberapa rumah. Komisiku cukup untuk membeli rumah untuk istri dan anak-anakku. Suatu kali, pas anak ku mau sekolah dan membutuhkan biaya yang cukup besar, berkat rahmat Tuhan, aku memperoleh job untuk trainer customer service di suatu perusahaan. Pernah suatu kali aku mendapatkan hadiah sepeda motor waktu aku membutuhkan biaya sekolah untuk anakku yang kedua. Aku kepingin mobil, tabunganku masih cukup untuk membeli sebuah mobil, meskipun bukan mobil baru.
Itu hanya sebagian kecil kisah hidupku yang aku ceritakan. Banyak sekali kejadian-kejadian yang ’secara kebetulan’ terjadi dalam kehidupanku, bersamaan dengan keinginanku yang ’luar biasa’.
Aku bersyukur kepada Tuhan, bahwa semua ini - jalan hidupku dimudahkan - sehingga aku relatif tidak mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupanku sehari-hari. Aku merasa ORANG YANG KAYA, semua kebutuhan-kebutuhanku mampu aku penuhi ! Bagiku, orang yang kaya tidak melulu dilihat dari harta yang dimilikinya, tapi tergantung kepada cara berpikirnya.
Apakah Anda orang yang kaya?

Read More »»